Sosialisasi kepada teman-teman BINUS University @ Malang (Terlaksana, 12 Mei 2020).


Update: Pelaksanaan Audit, sebagai berikut,
Mengaudit Program Studi Magister Teknologi Informasi (Master of Computer Science) pada 14 September 2020, sebagai Lead Auditor:
Update: Pelaksanaan Audit, sebagai berikut,
Mengaudit BINUS Business School (BBS) pada 25 September 2020, sebagai Lead Auditor:
Standar Penjaminan Mutu Internal (SPMI)
Pada 27 Juli 2018, Dr. Juneman Abraham, psikolog sosial dan lecturer specialist Universitas Bina Nusantara hadir bersama dengan Tim Pengkaji Kebijakan Pendidikan Tinggi Ikatan Dosen Republik Indonesia di Ruang Badan Keahlian DPR RI dalam rangka sebagai salah satu narasumber penyusunan naskah akademik dan draft Rancangan Undang Undang tentang Dosen.
Salah satu regulasi dalam pengelolaan sumber daya pendukung pendidikan nasional diatur melalui Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. UU tentang Guru dan Dosen merupakan payung hukum dalam mengatur guru dan dosen namun dalam implementasinya belum spesifik.
Dalam kesempatan tersebut, berlangsung diskusi berdasarkan kepakaran, diantaranya tentang: perlunya pemisahan UU tentang Guru dan Dosen (menjadi UU tentang Guru & UU tentang Dosen), deregulasi dan debirokratisasi pendidikan tinggi, caturdarma, serta kesejahteraan dosen termasuk tunjangan fungsional dan kinerja.
Sebelumnya, Tim serupa telah menelurkan sebuah buku berjudul Kajian Pendidikan Tinggi IDRI untuk DPR RI dan Ristek Dikti 2018 yang diterbitkan oleh ITB Press (ISBN 9786025417931) dan diberikan kata pengantar oleh Prof. Dr. Satryo Soemantri Brodjonegoro, Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). Berikut ini adalah salah satu Bab yang ditulis oleh Juneman: https://osf.io/nz7v9/
Pada 5 Oktober 2017, di Auditorium Kedutaan Besar Perancis, diadakan pembentukan The Indonesian International Association for Pattern Recognition (TIIAPR).
Perwakilan institusi yang hadir pada saat itu di Auditorium adalah dari Bina Nusantara University, BPPT, Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, DRPM Kemristekdikti, dan Kalbis Institute.
Deskripsi mengenai IAPR terdapat dalam situs web www.iapr.org, sebagai berikut:
“The International Association for Pattern Recognition (IAPR) is an international association of non-profit, scientific or professional organizations (being national, multi-national, or international in scope) concerned with pattern recognition, computer vision, and image processing in a broad sense. Normally, only one organization is admitted from any one country, and individuals interested in taking part in IAPR’s activities may do so by joining their national organization.”
Ketua terpilih untuk periode pertama adalah Bapak Dr.Eng. Anto Satriyo Nugroho dari Pusat Teknologi Informasi Komunikasi, Badan pengkajian dan Penerapan Teknologi/BPPT, dengan Wakil Ketua dan Sekretaris Dr. H.L.H.S. Spits Warnars dan Dr. S. Liawatimena.
Selanjutnya, keanggotaan bertambah dari rekan-rekan ahli pattern recognition dari Institut Pertanian Bogor, Universitas Pancasila, Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Sriwijaya, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, UIN Jakarta, dst.
Juneman Abraham hadir sebagai salah satu dari perwakilan Universitas Bina Nusantara. Ia meyakini bahwa bidang ini memerlukan kolaborasi interdisiplin antara Informatika, Psikologi, dan Ilmu-ilmu Sosial lain. Saat ini Juneman tengah banyak menaruh perhatian dan melakukan berbagai penelitian dalam bidang Psikoinformatika.
Konstitusi dan berbagai rencana workshop serta konferensi tengah disusun. Semoga asosiasi ini membawa kemaslahatan yang besar bagi masyarakat Indonesia.
Materi berikut ini merupakan adaptasi dari Departemen Pendidikan Kota New York (2014). Dokumen ini bersumber dari “Parent and Family Guide to Student Social Media Guidelines”.
Peran baru keluarga masa kini adalah membantu anak-anak untuk berperilaku secara aman dan bertanggungjawab ketika menggunakan media sosial, baik untuk keperluan bersenang-senang maupun untuk belajar. Panduan yang dipresentasikan dalam paparan ini berguna untuk anak-anak berusia 13 tahun ke atas. Fokusnya ada 3, yaitu: citra digital (digital image), posting yang bertanggungjawab, dan konsekuensi. Sebagai tambahan dibahas mengenai perundungan maya (cyberbullying).
Menciptakan Citra Digital Sesuai Keinginan
–Menyelaraskan tujuan individu dengan citra online mereka.
–Memposisikan dan mempertanggungjawabkan diri sendiri.
–Memahami bahwa keluarga dapat merupakan mitra yang menolong.
Aktivitas
–Ingatkan anak Anda bahwa banyak orang yang berpotensi menjadi audiens (pembaca, orang yang melihat) gambar/citra online-nya.
–Bagaimana ia ingin gurunya melihat dia? Bagaimana juga dengan atasannya? (jika suatu saat ia punya atasan). Bagaimana juga dengan calon pacarnya? Diskusikan hal-hal yang dapat ia lakukan untuk memperbarui atau meningkatkan kualitas substantif dari gambar/fotonya dan meningkatkan pencitraannya.
Posting Secara Bertanggung jawab
Aktivitas
–Anda diharapkan dapat membangun empati terhadap perilaku online anak Anda. Anak-anak diharapkan dapat melihat ketulusan minat Anda dalam rangka keamanan dan keberhasilan perilaku online mereka.
–Jagalah agar percakapan bersifat kekinian dan otentik. Persiapkan diri untuk pertanyaan, “Mengapa kita butuh untuk mengetahui hal ini?”
Pertimbangkan Konsekuensi Aksi Online
–Anak-anak tidak selalu menyadari bahwa hal-hal yang mereka lakukan di luar sekolah (termasuk secara online) dapat memiliki konsekuensi atau akibat di sekolah.
Aktivitas
–Buatlah aturan-aturan dasar yang jelas dan tekankan pentingnya untuk menahan informasi pribadi.
–Bukalah sebuah diskusi mengenai pentingnya melindungi diri secara keseluruhan, baik dalam dunia offline maupun online.
–Selalu tengok apa yang terjadi di sekolah anak Anda sehingga Anda dapat mengambil tindakan-tindakan untuk mendukung dan memandu penggunaan media sosial mereka.
–Anda hendaknya selalu menyadari hal-hal yang terjadi secara online pada anak-anak Anda. Hal ini juga membantu anak-anak untuk mengetahui bahwa orangtua mereka senantiasa ada untuk mendukung mereka dalam menggunakan media sosial secara aman dan bertanggungjawab.
Waspadai Perundungan Maya Secara Serius
Aktivitas
–Keluarga perlu mengenali orang-orang dan situasi-situasi yang dapat berkembang menjadi masalah.
–Keluarga perlu mengetahui bagaimana mengenali perundungan maya dan melakukan intervensi sebelum berkembang lebih jauh.
–Keluarga tidak harus menghadapi situasi ini secara sendirian. Bantuan profesional tersedia.
–Dengan menetapkan harapan-harapan serta batas-batas yang jelas, Anda dapat membuat percakapan di masa mendatang menjadi lebih mudah.
–Tunjukkan bahwa ada alternatif pilihan ketimbang pembulian. Melakukan perlawanan terhadap kekerasan atau pembulian dapat meningkatkan kepercayaan diri dan empati anak Anda.
–Keluarga perlu menunjukkan kepada anak-anak bagaimana media sosial dapat digunakan secara positif.
Persoalan etis berkenaan dengan seluruh fase kehidupan manusia. Kita bertanya, apakah pikiran ini dan itu, tindakan ini dan itu dapat dibenarkan secara moral? Kita mesti mempertanggungjawabkan keputusan-keputusan moral kita sendiri pula. Justru oleh karena urgensinya dalam hidup sehari-hari itu, kita tidak bisa menyerahkan persoalan-persoalan itu kepada segelintir ahli filsafat aksiologi (etikawan) saja. Dalam konteks ini, UNESCO memberikan pembekalan (capacity building) kepada dosen-dosen etika dari berbagai negara.
Juneman Abraham, psikolog sosial Universitas Bina Nusantara, sekaligus dosen mata kuliah Kode Etik Psikologi, berpartisipasi aktif selama lima hari (24-29 April 2017) dalam Ethics Teacher’s Training Course (ETTC) di Aula Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, Surabaya. Untuk dapat mengikuti kegiatan yang langka ini, ia diseleksi oleh UNESCO berdasarkan esai dan curriculum vitae.
Ia menerima eksposur dari Prof. Dr. Bert Gordijn dari Institute of Ethics, Dublin City University, Irlandia, mengenai Clinical Ethics Teaching in Action, Technology Ethics Teaching in Action, serta Business Ethics Teaching in Action. Di samping itu, ia digembleng oleh Prof. Dr. Hafiza Arzuman, dari Faculty of Medicine, SEGi University, mengenai Dignity and Ethics for Professional Educators dan Informed Consent. Tidak ketinggalan, ia dilatih oleh DPhil. M. Firdaus Bin Abdul Aziz tentang Bioethics Core Curriculum. Perspektif dan pengalaman dari Prof. Dr. Soenarto Sastrowijoto, dari Center for Bioethics and Medical Humanities, Medical Faculty, Universitas Gadjah Mada turut melengkapi seluruh masukan tersebut.
Pengalaman yang berharga adalah Teaching Demonstrations selama 7 (tujuh) sesi yang dievaluasi oleh para fasilitator. Sesuai keterangan dari situs web Universitas Airlangga,
Acara ini bertujuan untuk membentuk kompetensi dosen dalam mengembangkan dan membangun ilmu bioetik di tingkat fakultas maupun universitas. Melalui training ini pula, peserta dapat berbagi pengalaman mendidik, meneliti, dan pelayanan bioetik di negara mereka masing-masing …. (S)etelah mengikuti kegiatan training, peserta akan memperoleh sertifikat resmi dari UNESCO dan diakui memiliki kompetensi menjadi dosen bioetik yang tersertifikasi UNESCO.
Specialist, Social and Human Sciences, UNESCO Office in Jakarta)
Artikel berikut ini disadur oleh Madeline Jessica, seorang BINUSIAN asal Yogyakarta yang menyebut dirinya ‘the future psychologist’, dari Seven steps to finding the right advisor (Laura Zimmerman, PhD, 2017).
Keberhasilan sebagai mahasiswa pascasarjana di bidang Psikologi khususnya penelitian tergantung pada pemilihan mentor. Seperti yang diketahui pada masa perkuliahan, mentor berfungsi sebagai pengawas dan pembimbing yang menjamin mahasiswa memenuhi persyaratan kelulusan. Kemudian setelah kelulusan, mentor dapat menjadi pendamping dalam mengawasi penelitian dan penulisan, membantu mendapatkan pendanaan penelitian, memberikan umpan balik pada diskusi, dan memberikan saran karir di masa mendatang. “Mentor akan menjadi faktor besar dalam 4-6 tahun ke depan hidup Anda,” kata Ana Hernandez Kent, seorang doktor di bidang psikologi eksperimental dari Saint Louis University. Maka dari itu berikut pemaparan saran dari para ahli untuk menemukan mentor yang terbaik dan sesuai dengan Anda:
Mulai pencarian dengan mencocokkan minat (passion) Anda dengan kesesuaian tema penelitian terkait dari mentor, agar Anda dapat menikmati penelitian yang dipilih. Pernah memiliki hubungan yang dekat dengan dosen pembimbing sewaktu berkuliah lebih berpotensi bagi Anda untuk mencoba menjalin kerjasama kembali untuk penelitian selanjutnya. Karena pengalaman sebelumnya dapat menjalin komunikasi dengan baik, maka disarankan agar menjadikan dosen tersebut sebagai penasehat dalam penelitian.
Kualitas yang dimaksud ketika ingin bergabung dengan mentor, Anda perlu mempertimbangkan posisi karier mentor. Hal ini termasuk faktor peluang proyek, pendanaan, kemudian peluang publikasi, serta peluang untuk mengikuti suatu konferensi. Walaupun hal ini bukan menjadi penentu utama, namun perlu pertimbangan lebih lanjut mengenai mentor agar bersedia mendukung Anda dalam hal tersebut. Cara mengetahuinya dapat dilihat dari CV di situs resmi atau institusi, dengan melihat riwayat karya ilmiah yang pernah dipublikasikan oleh mentor.
Setelah mengidentifikasi hal diatas, selanjutnya Anda dapat mencari tahu lebih lanjut mengenai keterbukaan mentor dalam penerimaan rekan penelitian. Cara mengetahuinya dapat mengirimkan email secara pribadi atau melalui email institusi tempat mentor melakukan penelitiannya. Sebelumnya Anda perlu mencari lebih lanjut mengenai situs yang memuat informasi lebih lengkap. Kendati demikian, perlu diingat bahwa informasi tersebut mungkin belum mencakup kegiatan dan minat termutakhir dari calon mentor Anda. Jika informasi dirasa belum lengkap, Anda dapat mengirimkan email kepada sang calon mentor namun perlu memperhatikan pertanyaan yang diajukan. Selain itu lebih baik jika melampirkan surat rekomendasi dalam email tersebut yang didalamnya memuat indikasi profesionalitas Anda dalam bekerja dan menginginkan bergabung dalam penelitian tersebut.
Ketika aplikasi yang dikirimkan telah diterima dengan baik oleh mentor atau institusi, proses selanjutnya Anda memiliki kesempatan untuk melakukan wawancara baik secara langsung maupun berbasis online dari website. Perbincangan perlu membahas beberapa kesepakatan awal karena perlu ada kolaborasi dengan mentor dalam penelitian agar terjalin kerjasama yang baik. Terutama pembicaraan mengenai lokasi yang digunakan untuk penelitian, perlu ada penyesuaian dengan mentor yang tempat kerjanya lebih banyak dihabiskan dalam laboratorium. Kemudian perlu penyesuaian pengaturan ruangan kerja dalam laboratorium agar lebih kolaboratif dengan adanya ruang bersama supaya tercipta suasana diskusi yang menyenangkan dan tidak terkotak-kotak.
Kecocokan yang dimaksud tidak hanya didalam laboratorium tetapi juga berkaitan dengan keakraban yang terjalin diluar penelitian. Berinteraksi dengan mentor mengenai minat dan aktivitas Anda, di samping hal-hal akademik, namun perlu waspada dalam percakapan agar tetap proporsional dalam mempromosikan diri. Dari daftar riwayat Anda, bila aAnda tunjukkan bukti-buktinya, mentor dapat melihat cara Anda dalam mengatur waktu secara efisien yang dapat berdampak dalam melakukan suatu penelitian pada proyeknya.
Setelah diterima tentu Anda perlu membuat mentor terkesan dengan melakukan beberapa kajian literatur dan membantu penelitian sesegera mungkin; hal ini menunjukkan bahwa Anda ingin sekali memulai bekerja. Ketika memulai masa kerja di laboratorium Anda dapat bertanya kepada rekan yang lebih senior terutama dalam berbagi saran dan ide untuk proyek penelitian. Kemudian untuk mendukung kelangsungan penelitian, Anda dapat mengkomunikasikan mengenai tujuan, harapan dan kebutuhan selama meneliti agar mentor dapat memenuhi hal tersebut.
Saat melakukan penelitian, terkadang ada beberapa hal yang disadari memiliki ketidakcocokan dengan mentor. Jika Anda mengalami kesulitan seperti ini maka lebih baik beralih dengan mentor lain adalah solusi yang tepat. Caranya dengan terlebih dahulu mengkomunikasikan ketidakcocokan kepada pimpinan laboratorium atau departemen. Dalam pertemuan ini Anda mungkin mendapatkan saran lain dengan transisi (switching) ke tempat lain. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus karena jika Anda tidak sepaham dengan mentor maka penelitian tidak dapat bergerak maju dan sulit untuk meneruskan penelitian selanjutnya.
Pada 16 Oktober 2016, psikolog sosial BINUS University, Juneman Abraham, membawakan presentasi hasil penelitiannya bersama Tommy Prayoga (alumnus terbaik Jurusan Psikologi dalam Wisuda 2016) yang berjudul “Health Capability: The Representation of IoT in Health Domain among Jakartans“, dalam The 2016 International Conference on Advanced Computer Science and Information Systems (ICACSIS), bertempat di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Indonesia.
Artikel ini terpilih dari antara 99 artikel yang diterima dari 199 artikel yang masuk. Berdasarkan informasi dari Bapak Harry Budi Santoso, Ph.D. dalam closing ceremony, rejection rate untuk seleksi paper dalam konferensi ini mencapai 50%. Oleh karena itu, beliau memuji kerja keras kami semua untuk menghasilkan penelitian yang baik. Informasi ini sudah barang tentu membesarkan hati kami.
Di samping menyajikan hasil penelitian kami, yang akan terbit dalam publikasi internasional dengan proposal indeksasi bereputasi, tidak kurang pula kami menimba ilmu dari para pembicara berkelas dunia, seperti Prof. Ramjee Prasad (Founder Director, Center for TeleInFrastruktur (CTIF), Aalborg University, Denmark), Prof. Jim Foster (Keio University, Japan), Dr. Ye-Nun Huang (Research Center for Information Technology Innovation, Academia Sinica, Taiwan), dan Assoc.Prof. Stephane Bressan (National University of Singapore, Singapore).
Partisipasi dalam ajang akademik internasional bergengsi ini kami letakkan bermakna sebagai sejumput kontribusi kami dalam menunjang Visi BINUS University 2020 untuk menjadi World Class University.
Pada 15 Oktober 2016, Tommy Prayoga (alumnus terbaik Jurusan Psikologi) dan Juneman Abraham (SCC Community Psychology) berpartisipasi dalam International Seminar on Mathematics, Science and Computer Science Education di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung bertajuk “Harnessing Local Wisdom to Build Competencies of Excellence in Research and Collaboration in The New Era of The ASEAN Economic Community”.
Sebuah artikel yang ditulis oleh keduanya berjudul “Psychology Curriculum Development: Challenges from Students’ Representations on Psychological Science’s Role in Creating Social Change“. Penulisan artikel ini berangkat dari keprihatinan kami bersama terhadap situasi keterjagaan kesadaran-sosial-kritis mahasiswa-mahasiswi Psikologi pada tingkat Sarjana di Indonesia. Kami berharap artikel yang terbit nantinya dapat berkontribusi barang sedikit terhadap perubahan kurikulum yang perlu di perguruan-perguruan tinggi penyelenggara pendidikan Psikologi di Indonesia. Semoga!