Monthly Archives: May 2017

Penggunaan Media Sosial yang Aman dan Bertanggungjawab Pada Anak

Materi berikut ini merupakan adaptasi dari Departemen Pendidikan Kota New York (2014). Dokumen ini bersumber dari “Parent and Family Guide to Student Social Media Guidelines”.

Peran baru keluarga masa kini adalah membantu anak-anak untuk berperilaku secara aman dan bertanggungjawab ketika menggunakan media sosial, baik untuk keperluan bersenang-senang maupun untuk belajar. Panduan yang dipresentasikan dalam paparan ini berguna untuk anak-anak berusia 13 tahun ke atas. Fokusnya ada 3, yaitu: citra digital (digital image), posting yang bertanggungjawab, dan konsekuensi. Sebagai tambahan dibahas mengenai perundungan maya (cyberbullying).

 

Menciptakan Citra Digital Sesuai Keinginan

  • Guna mengendalikan citra-citra digitalnya, anak-anak mesti mempertimbangkan: Bagaimana ia ingin dunia melihat atau mengenal mereka? (Ia ingin dikenal sebagai siapa atau apa?)
  • Hal ini mencakup:

–Menyelaraskan tujuan individu dengan citra online mereka.

–Memposisikan dan mempertanggungjawabkan diri sendiri.

–Memahami bahwa keluarga dapat merupakan mitra yang menolong.

Aktivitas

  • Coba imajinasikan: jika suatu waktu, anak Anda ditulis dalam sebuah artikel koran. Headline seperti apa yang ia ingin lihat? Tulislah. Diskusikan juga, kemungkinan headline seperti apa dari teman-teman, keluarga, dan tokoh terkenal yang ia ingin baca.
  • Lakukan peninjauan jenis-jenis foto dan post yang selama ini Anda dan anak Anda lakukan. Apakah foto-foto dan post tersebut sejalan dengan headline yang ingin Anda & anak Anda lihat (tentang diri kalian?) Jika tidak, bagaimana post di masa mendatang dapat dibuat sejalan?
  • Coba imajinasikan audiens (orang-orang yang akan melihat Anda).

–Ingatkan anak Anda bahwa banyak orang yang berpotensi menjadi audiens (pembaca, orang yang melihat) gambar/citra online-nya.

–Bagaimana ia ingin gurunya melihat dia? Bagaimana juga dengan atasannya? (jika suatu saat ia punya atasan). Bagaimana juga dengan calon pacarnya? Diskusikan hal-hal yang dapat ia lakukan untuk memperbarui atau meningkatkan kualitas substantif dari gambar/fotonya dan meningkatkan pencitraannya.

  • Tinjaulah profil Anda sendiri. Anda dapat mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas “jejak digital” Anda, serta membantu anak Anda untuk meningkatkan “jejak digital” mereka.
  • Buatlah sebuah profil di beberapa tempat, seperti Google Profile, About.me, atau Falvors.me. Lihatlah profil anak-anak yang lain, dan diskusikan hal-hal yang Anda & anak Anda sukai dan tidak sukai. Pertimbangkan apakah ada hal-hal yang anak Anda mungkin ingin hapus atau untag guna mencerminkan secara akurat image yang ia komunikasikan kepada audiens.
  • Intinya: Anak-anak perlu untuk dapat mengendalikan Citra dan Identitas Digital mereka sendiri, dan mereka perlu didampingi oleh atau bekerja bersama keluarga mereka dalam hal ini.

 

Juneman Abraham hadir dalam Pembahasan Penyusunan Pedoman Penggunaan Media Sosial pada Anak pada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Rabu, 10 Mei 2017, di Sari Pan Pacific Hotel, Jl. M.H. Thamrin, Menteng, Jakarta Pusat.
Juneman Abraham hadir dalam Pembahasan Penyusunan Pedoman Penggunaan Media Sosial pada Anak pada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Rabu, 10 Mei 2017, di Sari Pan Pacific Hotel, Jl. M.H. Thamrin, Menteng, Jakarta Pusat.

 

Posting Secara Bertanggung jawab

  • Keluarga memainkan peran kunci dalam memastikan anak-anak melakukan posting secara bertanggung jawab.
  • Orangtua bertanggung jawab untuk mengajarkan nilai-nilai khusus dari keluarga kepada anak-anak.
  • Anda dapat membantu anak-anak mem-post dengan cara-cara yang mencerminkan nilai-nilai dengan mana keluarga mereka ingin dikenali oleh masyarakat.

Aktivitas

  • Membuat akun bersama: Ketika anak Anda sudah cukup usia untuk membuat akun (umumnya 13 tahun), Anda seyogianya membuat bersama anak akun media sosial, dan menelaah setting privasi default secara bersama-sama. Pastikan bahwa anak anda memiliki pertemanan dan percakapan online hanya dengan orang-orang yang Anda ketahui dan setujui.

–Anda diharapkan dapat membangun empati terhadap perilaku online anak Anda. Anak-anak diharapkan dapat melihat ketulusan minat Anda dalam rangka keamanan dan keberhasilan perilaku online mereka.

  • Gunakan peristiwa-peristiwa terkini: Peristiwa-peristiwa dalam pemberitaan serta situasi-situasi dengan teman-teman dan keluarga memberikan sarana yang bagus sekali untuk mendiskusikan posting yang bertanggung jawab. Ketika cerita-cerita bermunculan, diskusikan dengan anak Anda bagaimana menangani situasi tersebut. Jangan hanya berfokus pada hal-hal yang dilarang. Penting untuk mengenali contoh-contoh orang yang menggunakan media sosial untuk kepentingan sosial, online presence yang bagus, atau hasil-hasil positif lainnya.

–Jagalah agar percakapan bersifat kekinian dan otentik. Persiapkan diri untuk pertanyaan, “Mengapa kita butuh untuk mengetahui hal ini?”

 

Pada pertemuan tersebut, hadir pemangku kepentingan terkait media sosial, seperti Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengurus Besar Persatuan Guru Seluruh Indonesia, APJII/Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indoensia, Bareskrim POLRI, Komisi Penyiaran Indoenesia, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, ICT Watch, dll. Juneman turut menyampaikan pandangan berdasarkan bidang keahlian Psikologi terhadap Kajian dan Penyusunan Pedoman Penggunaan Sosial pada Anak.
Pada pertemuan tersebut, hadir pemangku kepentingan terkait media sosial, seperti Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengurus Besar Persatuan Guru Seluruh Indonesia, APJII/Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indoensia, Bareskrim POLRI, Komisi Penyiaran Indonesia, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, ICT Watch, dll. Juneman turut menyampaikan pandangan berdasarkan bidang keahlian Psikologi terhadap Kajian dan Penyusunan Pedoman Penggunaan Sosial pada Anak.

 

 

Pertimbangkan Konsekuensi Aksi Online

  • Penting bagi anak-anak untuk memikirkan sungguh-sungguh konsekuensi dari aksi atau tindakan online mereka, dan secara seksama memperhatikan siapa-siapa yang mereka masukkan sebagai teman (friend), pengikut (follower), dan sebagainya.

–Anak-anak tidak selalu menyadari bahwa hal-hal yang mereka lakukan di luar sekolah (termasuk secara online) dapat memiliki konsekuensi atau akibat di sekolah.

Aktivitas

  • Jangan mem-post informasi personal yang bersifat sensitif: Jelaskan kepada anak Anda mengapa buruk untuk mem-post informasi alamat, tanggal lahir, atau informasi pribadi lainnya. Jelaskan pula makna dari pencurian identitas (identity theft). Gunakan contoh-contoh nyata jika Anda dapat menemukan contoh-contoh itu.

Buatlah aturan-aturan dasar yang jelas dan tekankan pentingnya untuk menahan informasi pribadi.

  • Jaga informasi tetap privat: Bicarakan dengan anak Anda untuk tidak membagi password sekalipun dengan sahabat-sahabat. Pastikan bahwa Anda dan anak Anda mengetahui bagaimana mencegah komputer yang dipakai bersama-sama untuk tidak secara otomatis menyimpan password (Sebagai contoh, selalu lakukan log off setelah selesai menggunakan sebuah situs; jangan hanya klik ‘keluar’ dari browser). Buatlah anak Anda mengetahui bahwa masing-masing kita dapat dimintai pertanggungjawaban untuk aksi-aksi pribadi orang lain ketika orang lain itu menggunakan akun online kita untuk mem-post informasi atau membuat pembelian online.

–Bukalah sebuah diskusi mengenai pentingnya melindungi diri secara keseluruhan, baik dalam dunia offline maupun online.

  • Peringatan Orang tua: Sekolah hendak mengirimkan pengingat kepada orang tua secara periodik mengenai kegiatan-kegiatan di kelas yang berbasiskan media sosial. Apabila Anda tidak pernah mendengar apapun tentang hal ini, bicarakan dengan anak anda dan guru mereka mengenai kegiatan media sosial semacam apa yang menjadi bagian dari kerja kelas. Diskusikan dengan anak-anak ihwal penggunaan media sosial di sekolah sama seperti Anda membicarakan pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah lainnya dari anak-anak Anda.

–Selalu tengok apa yang terjadi di sekolah anak Anda sehingga Anda dapat mengambil tindakan-tindakan untuk mendukung dan memandu penggunaan media sosial mereka.

  • Sadar tentang Perilaku Online anak-anak: Anda mungkin ingin mem-”friend” atau mem-follow anak Anda sendiri. Sejumlah keluarga memiliki salinan dari username dan password online dari anak-anaknya. Keluarga yang lain memiliki sebuah tempat di mana semua password keluarga dijaga untuk keperluan darurat suatu waktu. Tentukan aturan-aturan mengenai perilaku online yang dapat diterima, dan diskusikan Panduan Penggunaan Media Sosial di rumah. Anda mungkin juga ingin membeli filtering software atau membuat sebuah program untuk merekam penggunaan komputer dan telepon selular.

–Anda hendaknya selalu menyadari hal-hal yang terjadi secara online pada anak-anak Anda. Hal ini juga membantu anak-anak untuk mengetahui bahwa orangtua mereka senantiasa ada untuk mendukung mereka dalam menggunakan media sosial secara aman dan bertanggungjawab.

 

 

Waspadai Perundungan Maya Secara Serius

  • Perundungan maya atau cyberbullying merupakan penggunaan teknologi elektronik untuk melukai atau melecehkan orang lain. Contoh-contohnya seperti membuat atau mengedarkan pesan teks atau surat elektronik yang bersifat ofensif (menyerang orang lain), melakukan posting hal-hal yang tidak benar, dan menciptakan desas-desus atau rumor, serta membuat atau mengedarkan foto-foto yang memalukan.
  • Anak-anak perlu mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan ketika orang-orang yang mereka kenal menjadi target dari pembulian, atau menyadari apakah mereka sendiri menjadi target.

Aktivitas

  • Kenali teman-teman anak Anda di sekolah: Kenalilah dan pelajarilah nama-nama dari teman-teman anak anda serta kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan bersama. Apabila Anda mencurigai anak Anda menjadi aktor atau korban perundungan maya, Anda dapat melaporkan hal ini kepada konselor sekolah, aliansi-aliansi yang terkait, atau staf sekolah yang Anda percayai.

–Keluarga perlu mengenali orang-orang dan situasi-situasi yang dapat berkembang menjadi masalah.

  • Sadarilah perilaku di rumah: Perhatikan apakah perilaku anak Anda tiba-tiba berubah. Beberapa tanda telah terjadinya perundungan maya (baik sebagai aktor maupun korban) adalah: penarikan diri anak-anak dari kegiatan sehari-hari, menjadi kecewa atau sedih ketika online atau menulis dan mengirim pesan teks, lekas-lekas menutup aplikasi ketika berpapasan dengan orang dewasa, atau menghindari diskusi mengenai apa yang ia lakukan dengan komputer.

–Keluarga perlu mengetahui bagaimana mengenali perundungan maya dan melakukan intervensi sebelum berkembang lebih jauh.

  • Mengetahui hal yang perlu dilakukan jika anak Anda sendiri adalah seorang pelaku cyberbullying: Apabila Anda mencurigai bahwa anak Anda membuli seseorang, penting untuk memahami situasi tersebut. Berupayalah untuk menentukan persoalan-persoalan yang mendasarinya dan hasilkanlah sebuah rencana untuk mengintervensi atau mengkoreksi perilaku anak Anda. Konselor sekolah dapat membantu Anda dalam hal ini.

–Keluarga tidak harus menghadapi situasi ini secara sendirian. Bantuan profesional tersedia.

–Dengan menetapkan harapan-harapan serta batas-batas yang jelas, Anda dapat membuat percakapan di masa mendatang menjadi lebih mudah.

  • Doronglah anak-anak Anda untuk angkat bicara (speak up): Ketika anak-anak anda menyadari bahwa seseorang yang ia kenal diperlakukan secara tidak benar, dorong dia untuk mendukung korban, baik dengan menyampaikan secara pribadi kepada korban bahwa ia menyesalkan hal yang sedang terjadi, atau dengan menyampaikan secara publik (angkat bicara). Cobalah untuk mencari contoh-contoh nyata dari perilaku ini dalam kehidupan anda, atau dari media (koran, dll), dan diskusikan dengan anak Anda mengenai bagaimana dia dapat memberikan respons.

–Tunjukkan bahwa ada alternatif pilihan ketimbang pembulian. Melakukan perlawanan terhadap kekerasan atau pembulian dapat meningkatkan kepercayaan diri dan empati anak Anda.

  • Tunjukkan kontribusi positif dari orang-orang muda yang lain: Doronglah anak Anda untuk selalu berperilaku positif dalam komunitas maya. Tunjukkan contoh-contoh mengenai orang lain yang berpartisipasi secara positif seperti itu. Diskusikan dengan anak Anda berbagai cara yang berbeda yang dapat membantunya untuk tetap positif.

–Keluarga perlu menunjukkan kepada anak-anak bagaimana media sosial dapat digunakan secara positif.

Scopus “lawan” Thomson: Bagaimana agar Kita yang Menang?

Dosen dan peneliti Indonesia saat ini dilanda oleh arus besar indeksasi artikel jurnal, terlebih karena sejumlah kecil indeks dijadikan model dan parameter oleh Kemristekdikti untuk menilai kelayakan mereka dalam berproses menjadi Doktor dan seterusnya Guru Besar. Diskusi klasik memperdebatkan, manakah yang lebih baik (lebih bereputasi, lebih berkualitas): Scopus, ataukah Web of Science (WoS, dahulu: ISI Thomson Reuters)? Sejumlah orang, bahkan perguruan tinggi, berkeyakinan bahwa Web of Science lebih baik karena terkesan sangat selektif dalam inklusi jurnalnya, dan karenanya menjadikannya sebagai patokan baku mengenai kualitas. Apakah kesan ini akurat, atau lebih merupakan stereotip yang berasal dari periode-periode yang lalu?

Sebelum terlibat dalam repetisi diskusi, mari kita tinjau terlebih dahulu hal yang sudah dikaji oleh HLWIKI International.

Menurut HLWIKI International, keuntungan dan kelemahan Scopus, sebagai berikut:

  • Scopus memungkinkan pencarian berdasarkan afiliasi; dengan kode pos dan nama lembaga/institusi.

  • Scopus mencakup lebih dari 22.000 jurnal. WoS 11.000 jurnal.

  • Scopus mencakup 5-15% dari database WoS, sebelum tahun 1996, dan 20-45% lebih besar dari WoS sesudah tahun 1996.

  • Untuk publikasi sebelum 1996, cakupan yang ditawarkan oleh Scopus jauh sangat bervariasi.

  • 95% dari pangkalan data Scopus terdiri dari rekaman deskripsi dari artikel-artikelnya.

  • Sebelum 1996, jumlah artikel non-jurnal di Scopus sedikit; lalu meningkat 10% pada 2005.

  • Pada tahun-tahun terakhir, proporsi artikel non-jurnal secara signifikan lebih tinggi di Scopus daripada WoS (4%).

  • Scopus merupakan alat pencarian yang lebih melayani multi-tujuan; keuntungan yang nyata adalah fungsionalitasnya; Menyediakan fungsi informasi dasar, perbaikan, serta format hasil pelacakan kutipan/sitasi dan identifikasi penulis. (Anda harus mencobanya! 🙂 )

  • Scopus mencakup lebih banyak bidang keilmuan; namun cenderung lemah dalam bidang Sosiologi, Fisika dan Astronomi.

Masih menurut HLWIKI International, keuntungan dan kelemahan Web of Science:

  • Hanya sedikit perbedaan dalam cakupan antara Scopus dan Web of Science (WoS) dan ada tumpang tindih yang banyak.

  • WoS mencakup sains dan arts/humaniora.

  • Antarmuka pencarian WoS mengalami perbaikan namun tidak seberguna Scopus.

  • WoS memiliki lebih banyak pilihan untuk analisis kutipan/sitasi bagi institusi.

  • Ada perbedaan substansial antara WoS, Scopus dan Google Scholar (GS). GS memberikan hasil instan bagi pencari. Hal ini dapat (secara tidak sadar) menjadi alasan utama bagi pengguna untuk memilihnya.

  • Google Scholar (GS) jauh lebih besar daripada WoS atau Scopus tetapi telah terbukti memiliki referensi lebih sedikit untuk artikel terpilih. Namun, cakupan dan teknik menjaring yang unik dari Google Scholar telah terbukti menunjukkan lima (5) kali kutipan yang unik walaupun banyak hasil yang dibesar-besarkan.

 

Thomson Reuters/Web of Science. Sumber gambar: https://i.ytimg.com/vi/-4xNxTsjIOg/hqdefault.jpg

 

Berdasarkan amatan saya, belum ada riset empiris dalam satu tahun terakhir yang secara definitif menyimpulkan bahwa kualitas jurnal-jurnal dalam ISI Thomson/Web of Science lebih baik daripada kualitas jurnal-jurnal dalam Scopus. Silakan simak faktanya bahwa sekarang WoS memperbesar indeksasinya, seperti ESCI (Emerging Sources Citation Index). Jurnal-jurnal Indonesia sudah ada beberapa yang terindeks WoS, seperti Jurnal Makara UI (Makara Hubs-Asia dan Makara Journal of Health Research). Jurnal Makara belum terindeks Scopus akan tetapi sudah terindeks WoS ESCI.

Pemeringkat World Class University QS menggunakan Scopus dan Times Higher Education menggunakan WoS. Apakah satu secara definitif lebih buruk daripada yang lain? Saya kira, penyimpulan general tentang kualitas perlu kita nyatakan dgn hati-hati. Indeks WoS CPCI (Conference Proceedings Citation Index) dalam kasus-kasus kita di Indonesia bahkan lebih banyak yg berhasil digandeng untuk bekerjasama dengan lembaga penyusun prosiding konferensi ilmiah. Saya juga melihat di negara-negara lain juga seperti itu (di Yunani, Bulgaria, dll).

Dinamika indeksasi ini berjalan cepat sekali. Terjadi suatu pusaran besar dan saling lirik antar indeks-indeks yang ada, lebih-lebih yang terkemuka atau mengemuka. WoS sudah membiakkan ESCI, dan SCI SCI yang lain. Ada banyak hal yang terlibat di tingkatan global, seperti proses bisnis dan proses kebijakan/politik akademik. Tidak heran, Beall pernah mengingatkan kita semua: Jangan pernah membuat White-list. Jangan pernah andalkan White-list. Oleh karena itu, yang Beall kerjakan adalah membuat sebaliknya. Ia menyebutnya bukan Black-list, melainkan “Questionable Journals” (jurnal-jurnal yang menimbulkan pertanyaan). Berdasarkan ungkapan Beall, tidak berlebihan rasnya jika sebaiknya kita tidak punya mindset tentang adanya White Index atau Daftar Putih Jurnal.

Hemat saya, jalan terbaik bagi kita, supaya kita yang “menang” adalah: telaah kembali setiap jurnal & prosiding secara individual berdasarkan investigasi rasional dan intuisi akademis kita. Perlu waspada terhadap so called “white index”. Tidak ada indeks yang benar-benar “putih” yang bisa dijadikan rujukan mutlak!

Dosen Etika Bersertifikat UNESCO

Persoalan etis berkenaan dengan seluruh fase kehidupan manusia. Kita bertanya, apakah pikiran ini dan itu, tindakan ini dan itu dapat dibenarkan secara moral? Kita mesti mempertanggungjawabkan keputusan-keputusan moral kita sendiri pula. Justru oleh karena urgensinya dalam hidup sehari-hari itu, kita tidak bisa menyerahkan persoalan-persoalan itu kepada segelintir ahli filsafat aksiologi (etikawan) saja. Dalam konteks ini, UNESCO memberikan pembekalan (capacity building) kepada dosen-dosen etika dari berbagai negara.

Juneman Abraham, psikolog sosial Universitas Bina Nusantara, sekaligus dosen mata kuliah Kode Etik Psikologi, berpartisipasi aktif selama lima hari (24-29 April 2017) dalam Ethics Teacher’s Training Course (ETTC) di Aula Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, Surabaya. Untuk dapat mengikuti kegiatan yang langka ini, ia diseleksi oleh UNESCO berdasarkan esai dan curriculum vitae.

 

Selection Results

 

Ia menerima eksposur dari Prof. Dr. Bert Gordijn dari Institute of Ethics, Dublin City University, Irlandia, mengenai Clinical Ethics Teaching in Action, Technology Ethics Teaching in Action, serta Business Ethics Teaching in Action. Di samping itu, ia digembleng oleh Prof. Dr. Hafiza Arzuman, dari Faculty of Medicine, SEGi University, mengenai Dignity and Ethics for Professional Educators dan Informed Consent. Tidak ketinggalan, ia dilatih oleh DPhil. M. Firdaus Bin Abdul Aziz tentang Bioethics Core Curriculum. Perspektif dan pengalaman dari Prof. Dr. Soenarto Sastrowijoto, dari Center for Bioethics and Medical Humanities, Medical Faculty, Universitas Gadjah Mada turut melengkapi seluruh masukan tersebut.

Pengalaman yang berharga adalah Teaching Demonstrations selama 7 (tujuh) sesi yang dievaluasi oleh para fasilitator. Sesuai keterangan dari situs web Universitas Airlangga,

Acara ini bertujuan untuk membentuk kompetensi dosen dalam mengembangkan dan membangun ilmu bioetik di tingkat fakultas maupun universitas. Melalui training ini pula, peserta dapat berbagi pengalaman mendidik, meneliti, dan pelayanan bioetik di negara mereka masing-masing …. (S)etelah mengikuti kegiatan training, peserta akan memperoleh sertifikat resmi dari UNESCO dan diakui memiliki kompetensi menjadi dosen bioetik yang tersertifikasi UNESCO.

 

Juneman menjadi bagian dari peserta internasional pelatihan UNESCO (Amerika Serikat, Kanada, Arab Saudi, Mesir, Filipina, Indonesia, India, Malaysia, Bangladesh, dsb).
Juneman bersama dengan Irakli Khodeli (Programme
Specialist, Social and Human Sciences, UNESCO Office in Jakarta)
Juneman bersama dengan Dr. M. Firdaus Abdul Aziz (University of Malaya) dan Prof. Dr. Bert Gordijn (Director of the Institute of Ethics at Dublin City University in Ireland)
Foto Bersama
Foto Bersama
Demo Teaching Juneman bertopik Whistle Blowing
Demo Teaching Juneman bertopik Whistle Blowing
Demo Teaching Juneman bertopik Whistle Blowing
Demo Teaching Juneman bertopik Whistle Blowing
Demo Teaching Juneman bertopik Whistle Blowing
Demo Teaching Juneman bertopik Whistle Blowing
Demo Teaching Juneman bertopik Whistle Blowing
Demo Teaching Juneman bertopik Whistle Blowing
Demo Teaching Juneman bertopik Whistle Blowing
Demo Teaching Juneman bertopik Whistle Blowing
Demo Teaching Juneman bertopik Whistle Blowing

 

Demo Teaching Juneman bertopik Whistle Blowing

 

Observer

 

Penyerahan Sertifikat UNESCO

 

Penyerahan Sertifikat UNESCO