Tag Archives: harta tersembunyi

Memaknai “Hidden Gem” secara Psikologis

Menyambut Hari Kesehatan Mental Sedunia 2023, saya memberikan pendapat ahli di bidang kesehatan jiwa mengenai bagaimana memaknai Hidden Gem (tempat tersembunyi, “harta tersembunyi”) secara psikologis.

Dimuat di Harian Kompas (cetak) tanggal 7 Oktober 2023. Versi daring terbit di Kompas.id dengan judul yang sama. Berikut adalah petikannya:

Kejutan Asyik di Tempat Tersembunyi

Di tengah tekanan dan kepenatan rutinitas, warga mencari rekreasi dengan bepergian ke tempat-tempat unik yang tersembunyi. Ada Kampoeng Gallery, ada juga Arborea Cafe.

Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA, PRAYOGI DWI SULISTYO, DAHLIA IRAWATI
7 Oktober 2023 02:00 WIB

Jalan-jalan untuk menyehatkan jiwa (healing) kini sedang merebak di kalangan anak muda. Kegiatan semacam rekreasi untuk menghilangkan kepenatan dari tekanan dan rutinitas ini juga sering dilakukan dengan mencari tempat unik dan istimewa yang terkesan tersembunyi dan belum banyak diketahui orang atau istilah zaman now hidden gem.

Tulilulit… tulilulit…. Sirene palang pintu pelintasan kereta berbunyi nyaring di Stasiun Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (26/9/2023) siang. Woosshhh…. Kereta komuter pun melewati jalurnya. Tak lama ratusan penumpang turun dari kereta dan menghambur berjalan keluar stasiun.

Di bagian luar stasiun, tumpah ruah pedagang loak yang memadati sebagian badan jalan raya. Para pejalan kaki harus berbagai ruang dan bercampur aduk dengan kendaraan bermotor dan angkutan umum yang parkir mangkal sembarangan. Begitulah pemandangan sehari-hari sekitar Stasiun Kebayoran Lama.

Namun, siapa yang menduga, di tengah kesemrawutan itu, tersembunyi sebuah tempat nongkrong unik yang kini tengah digemari anak muda, yaitu Kampoeng Gallery. Sekilas, lokasi warung makan dengan dekorasi unik barang-barang hobi tahun lama ini tidak akan terlihat jika hanya sekali lewat. Berlokasi di Jalan Masjid Al Huda atau persis di bagian belakang Stasiun Kebayoran Lama, Kampoeng Gallery tersembunyi di balik warung-warung dan kios lainnya.

Baca juga: ”Healing” Tipis-tipis di Belantara Ibu Kota

Namun, begitu sudah masuk ke dalam, suasana sungguh berbeda. Berbeda 180 derajat dengan situasi di luar yang kibang-kibut itu, suasana di dalam Kampoeng Gallery penuh canda tawa kehangatan anak muda yang tengah berkumpul bersama.

Kampoeng Gallery ini berbeda dengan tempat nongkrong lain. Seluruh bagian dinding dihiasi berbagai barang koleksi kuno, seperti radio kuno, gitar listrik lawas, dan majalah dinding. Sebanyak 80 persen barang koleksi di sini bisa dijual kepada pengunjung yang tertarik.

Tempat ini juga seperti perpustakaan. Pengunjung juga bebas meminjam buku. Selain itu, tempat ini juga menjual kaset, CD, dan piringan hitam. Mereka juga menyediakan area untuk pertunjukan musik, drama, bedah buku, hingga pameran foto dan lukisan.

Fikri adalah satu pengunjung tetap Kampoeng Gallery. Ia merasa, tempat itu sungguh nyaman baginya, baik ketika sedang nongkrong bersama temannya maupun sedang sendirian menghilangkan penat di indekosnya.

”Konsepnya asyik. Harga makanannya terjangkau. Vibes-nya enaklah saya suka,” ujar pria 25 tahun ini.

Salah satu alasan Fikri sering kemari adalah karena dekat dengan indekosnya yang juga di kawasan Kebayoran Lama. Namun, sebelumnya dia tidak menyadari keberadaan Kampoeng Gallery. Fikri baru mengetahuinya seusai menyaksikan konten rekomendasi tempat makan hidden gem di Tiktok.

Saat hendak menuju lokasi, dia sempat kesulitan. Setelah tanya warga, barulah dia menemukan lokasi itu. Kini, dia rutin bolak-balik berkunjung ke sini. ”Betul-betul hidden gem,” ujarnya.

Pendiri dan pemilik Kampoeng Gallery, Ivan Moningka, bercerita, Kampoeng Gallery didirikan 2010. Konsep dari tempat ini adalah agar jadi tempat yang nyaman bagi anak muda mengekspresikan diri dalam seni dan belajar. Adapun koleksi yang terpanjang menghiasi dinding adalah hasil hobinya mengoleksi barang bekas sejak tahun 1990-an.

”Saya lihat di tempat lain itu menjual kemewahan untuk menarik anak muda agar merasa nyaman nongkrong. Buat saya, nyaman itu, ya, kayak di rumah dan pulang kampung. Di sini tempat anak muda nongkrong dan belajar atau terliterasi,” ujar Ivan.

Hutan mini

Berbicara lokasi hidden gem lainnya, siapa yang menyangka di tengah kantor kementerian, ada kafe di tengah suasana sejuk dan rindang. Ini adalah Arborea Café. Kafe ini berada di tengah hutan mini yang dipenuhi pohon-pohon tegakan yang sejuk di area Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Pusat.

Bowo Satmoko (63), seorang konsultan lingkungan, selalu mengajak kliennya bertemu di kafe ini. Tak lain karena keunggulan kafe ini yang berada di area yang sejuk dan asri di tengah pepohonan rindang. Selain itu, lokasinya juga strategis di dekat pintu tol dan Stasiun Palmerah sehingga mudah diakses.

”Kalau di sini bisa tetap merasa sejuk walau di tengah kota yang lagi polusi,” ujar Bowo.

Staf Arborea Café Endri mengatakan, konsep kafe ini memang menawarkan tempat makan dan berkumpul yang asri di tengah pepohonan rindang. Biasanya kafe ini didatangi oleh orang kantoran sekitar kawasan ini ataupun muda-mudi yang hendak membuat konten unik di sosial medianya.

Pembebasan diri

Menurut psikolog sosial serta Wakil Rektor Bidang Riset dan Transfer Teknologi Universitas Bina Nusantara Jakarta, Juneman Abraham, perasaan senang pengunjung di tempat yang tersembunyi terjadi karena adanya emosi kegembiraan terhadap elemen keindahan dan kenyamanan dari tempat tersebut. Selain itu, mereka juga menampung keakuan. Orang senang menjadi unik di samping senang bersosialisasi. Pergi ke tempat yang unik sejalan dengan identitas yang unik.

Di sisi lain, lanjut Juneman, tempat yang tersembunyi atau sulit ditemukan berkaitan dengan relasi profesi. Banyak orang merasa perlu sembunyi dari relasi profesi yang sering merenggut ruang-ruang hidupnya. Relasi profesi menjadi salah satu faktor penekan (distress).

Apalagi, kehadiran aplikasi percakapan seperti Whatsapp dan sejenisnya membuat ruang-ruang personal semakin mengerut karena terenggut oleh pembicaraan urusan pekerjaan. Bukan hanya pada saat waktu kerja, ruang personal juga bisa terenggut di luar jam kerja atas nama kepentingan bersama dan perusahaan/kantor yang lebih besar.

Situasi tersebut membuat sejumlah orang sengaja keluar dari grup Whatsapp kantornya atau mengatur Whatsapp-nya agar tidak mudah ditambahkan ke berbagai grup Whatsapp urusan pekerjaan. Hal itu merupakan bentuk lain dari menyembunyikan diri dari relasi profesi.

Menurut Juneman, tempat yang tersembunyi ibarat oase di tengah situasi ruang hidup secara fisik dan virtual yang semakin terdesak oleh relasi pekerjaan. ”Hidden gem ini seperti tambahan ruang di mana aku bisa bertumbuh secara personal, komunitas, bukan pertama-tama profesional. Dengan ketemu dan masuk ke hidden gem, ada perasaan pembebasan diri,” ujarnya.